DI SEPANJANG GARIS KEJADIAN, ADA TITIK YANG JARANG KITA JADIKAN LINGKARAN HIKMAH BAHKAN SELALU DIANGGAP SEBAGAI KURVA KETIDAKADILAN***KADANGKALA ALLAH MEMBUKA PINTU HIDAYAH HAMBANYA MELALUI MAKSIATNYA

Selasa, 27 Februari 2024

SCRIPT LOGIN SITES MULTI USER

 <!DOCTYPE html>

<html>

  <head>

    <title>Login Form</title>

    <style>

      /* Style untuk elemen input */

      .inputtext {

        width: 100%;

        margin-bottom: 15px;

        padding: 10px;

        border: none;

        border-radius: 20px;

        background-color: #f2f2f2;

        font-size: 16px;

        color: #333;

        box-sizing: border-box;

      }

      /* Style untuk tombol login */

      .tombol {

        width: 100%;

        padding: 10px;

        border: none;

        border-radius: 20px;

        background-color: #3498db;

        color: #fff;

        font-size: 16px;

        cursor: pointer;

        text-transform: uppercase;

      }

      /* Style untuk kotak login */

      .login-box {

        width: 350px;

        margin: 50px auto;

        padding: 20px;

        border: 1px solid #ccc;

        border-radius: 20px;

        background-color: #fff;

        box-sizing: border-box;

      }

      /* Style untuk logo */

      .logo {

        display: block;

        margin: 0 auto 30px;

        width: 150px;

        height: auto;

      }

  #timer{ 

  color: red;

}

body {

overflow-y: hidden; /* Hide vertical scrollbar */

overflow-x: hidden; /* Hide horizontal scrollbar */

}

    </style>

  </head>

  <body>

    <div class="login-box">

      <img class="logo" src="https://i.postimg.cc/Z51SdRH3/Wear-red-and-white-and-show-off-your-Arcadia-Knights-pride-2.png" alt="Logo">

      <form>

        <input type="text" name="username" placeholder="Username" class="inputtext">

        <input type="password" name="password" placeholder="Password" class="inputtext">

<div id="timer"></div>

        <input type="button" value="Login" class="tombol" onclick="login()">

      </form>

    </div>

    <script>

      function login() {

  var username = document.getElementsByName("username")[0].value;

  var password = document.getElementsByName("password")[0].value;

  var errorMessage = document.querySelector(".error-message");

  // Pasangan username dan password yang disimpan dalam array

  var usernames = ["user1", "user2"];

  var passwords = ["pass1", "pass2"];

  var isMatch = false;

  // Perulangan untuk memeriksa apakah username dan password yang dimasukkan sesuai dengan salah satu dari pasangan username dan password yang disimpan dalam array

  for (var i = 0; i < usernames.length; i++) {

    if (username == usernames[i] && password == passwords[i]) {

      isMatch = true;

      break;

    }

  }

  if (isMatch) {

    window.open('https://sites.google.com/man4-jkt.sch.id/am2024/Beranda/beranda', '_blank');

  } else

  {

    document.getElementById("timer").innerHTML = "Username atau Password yang dimasukan salah";

  }

}

    </script>

  </body>

</html>


#pengembangan sendiri dari berbagai sumber

Sabtu, 20 Juni 2020

CETAK KARTU UJIAN

Selasa, 31 Maret 2020

My Daring, Izinkan Aku Berkisah


Tidak ada istilah "gara-gara" dalam kamus hidup, tanpa "gara-gara" kehidupan tetap jalan. Tetapi bercurah tentang bagaimana kondisi dan situasi saat ini, menurut saya pantas untuk dijalani, ditulis dan dikenangi.
Saya menulis ini, bingung harus diawali dari mana. Saya menulis cerita ini untuk, paling tidak, mengenang, bahwa pada suatu masa, pernah ada kondisi yang mewajibkan atau istilah dalam kitab “laa budda” bagi siapapun yang punya aktifitas bekerja harian (kantor) menggunakan internet. Masa itu disebut dalam banyak tulisan sebagai WFH, Work from Home, tak terkecuali saya, sebagai pengajar.
Awalnya, di akhir tahun 2019, dunia digegerkan dengan makhluk kecil bernama corona. Corona adalah ragam virus yang derivasinya sama dengan SARS dan MERS. Entah, nama-nama itu dari mana, tapi jika mengingat nama type mobil sedan “Corona”, nampaknya istilah corona memang sudah sejak dari dulu ada. Tetapi, Itu urusan ilmuwan-ilmuwan biokimia dan saudara-saudaranya. Saya hanya akan fokus pada  disiplin ilmu saya.
Seiring berjalan waktu, corona kemudian mulai “bermesraan” dengan masyarakat Indonesia, yang berdasar informasi, diawali dari warga Depok terinfeksi sekitar minggu ke-2 bulan Maret 2020. Berawal dari Depok, informasi corona merembet hingga Jakarta dan Jawa tengah. Dalam beberapa hari,  korban bertambah sangat cepat. Bertambahnya korban corona, membuat saya jadi mikir ketika itu. Melihat berita-berita di televisi betapa ganasnya penyebaran virus, bukan tidak mungkin akan berimbas pada model pembelajaran di sekolah.
Hari Senin, 16 Maret 2020, saya bersama teman-teman, masih seperti biasa masuk sekolah, melaksanakan pembelajaran. Tetapi di hari itu pula, sudah mulai ada instruksi dari pemprov, agar pembelajaran sekolah diganti pembelajaran di rumah dengan moda daring (on line) hingga 14 hari berikutnya. Dalam hitung-hitungan, tidak mungkin berakhir dalam 14 hari, pasti lebih, bisa berbulan-bulan.
Satu hari selanjutnya, kami, tenaga pengajar, sudah dipastikan tidak berangkat lagi, tidak mengajar lagi, sudah tidak melaksanakan pembelajaran di kelas. Semua mode pembelajaran diubah menjadi daring, untuk semua mapel, untuk semua sekolah di DKI Jakarta, bahkan mulai merembet ke banyak Provinsi. Entah sampai kapan mengajar online itu selesai. Seingat saya, mungkin sekaranglah “libur” paling lama dalam dunia pendidikan.
Bagi saya, sebenarnya pembelajaran online bukan sesuatu yang baru, saya sendiri sering melaksanakan pembelajaran itu, hanya saja frekuensinya tidak se-intens sekarang. Untuk keadaan ini, saya dan semua guru, harus siap dengan segala kemampuan melakukan pembelajaran terbaik moda daring.
Saya menceritakan untuk saya sendiri, ternyata pembelajaran mode daring yang full, intens, tiap hari, bukan sesuatu yang mudah dilaksanakan terutama menyangkut gaya mengajar. Seringkali, yang saya amati, teman-teman guru, banyak yang tidak murni melaksanakan pembelajaran online, tetapi tugas online, dan terjadi di banyak sekolah, sehingga keluhan siswa dengan banyaknya tugas patut dimaklumi.
Seperti yang sudah diceritakan, saya mungkin sudah sering menggunakan IT untuk mengajar, tetapi dalam kondisi seperti saat ini, saya merasa ternyata mengajar dengan full IT tiap saat, sangat menguras banyak pikiran dan tenaga, paling tidak ini untuk saya. Entah, apa karena memang saya mengajar mapel matematika yang butuh penjelasan dan kejelasan, yang jelas saya merasa, tiap malam harus berpikir bagaimana esok hari bisa menjelaskan siswa dengan sebaik-baiknya tentang materi yang akan disampaikan. Hal ini emang agak aneh, mungkin ada yang bertanya” memang dulu tidak begitu?”. Itulah bedanya, kalau dulu tidak online, dulu langsung masuk kelas bisa berinovasi, tapi sekarang jarak jauh, beda, sangat beda.
Tiap malam, saya harus melek hanya untuk membuat video, video penjelasan materi, saya upload di youtube, saya share di google classroom dan berdiskusi di sana. Cuma ya begitu, tiap hari tidur malam. Saya sempat berpikir, ternyata report juga ya kalau tiap hari harus online, tapi memang begitu, harus begitu supaya yang saya sampaikan tersampaikan, yang saya jelaskan via youtube terjelaskan.
Kadang pula saya berpikir, apa hanya saya saja yang report-report? Ah...saya tidak perduli, pikiran itu hanya akan membuat saya mandeg. Saya harus tetap berpikir, materi saya itu harus dijelaskan, tidak cukup dengan tulisan dan baca. Sesekali saya pantau, rekan-rekan guru banyak juga yang berinovasi pembelajaran.
Memang, di saat seperti ini, banyak pengajar, guru dan dosen, sangat giat berinovasi. Yang malas, ya malas, yang berkarya ya berkarya. Tapi, entah apapun kondisi-kondisi teman-teman, saya baru sadar ternyata mengajar dengan full daring sangat susah. Belum lagi kalau habis ulangan, harus dikoreksi, dinilai, dan semua online. Selain itu, saya juga harus memantau siswa-siswa yang aktif siapa, yang tidak siapa. Tidak lupa juga, harus mengirim laporan mengajar ke pihak terkait. Wah...mantap kan.
Saya harus jujur, keadaan semacam ini, memang membuka pengalaman baru bagi siapa saja. Dalam kontkes belajar, siswa dan orangtua berpacu belajar bersama. Orangtua kian memahami bagaimana teknologi sangat membantu proses pembelajaran meski pada saat bersmaan menguras banyak energi orangtua.
Entah, sampai kapan hal ini akan berakhir. Semoga saja tidak berlama-lama.  Cerita berbeda mungkin akan menimpa siapa saja pada masa ini. Bagaimana ceritamu??

Rabu, 18 Maret 2020

HIKMAH COVID 19

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia digunjangkan dengan wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengan istilah Corona Virus Deases (COVID 19). Penamaan COVID 19 merujuk pada istilah kasus-kasus serupa yang sudah dikantongi PBB. Di banyak negara, covid 19 sangat mengganggu pergerakan roda pemerintahan. Kasus itu dapat memberikan instabilitas baik ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan.
Di Indonesia, covid 19 mulai terdeteksi masuk pada akhir Februari sampai awal Maret 2020. Perbincangan ramai saat warga Jepang yang bertandang ke Indonesia menjadi carrier bagi warga Depok. Pasca kejadian Depok, mulailah pemerintah buka suara terkait yang terjadi sebenarnya. Berita dan himbauan terus bertebaran di media sosial. Yang paling bergengsi adalah kebijakan Walikota Solo, disusul Gubernur DKI Jakarta, hingga Gubernur Jawa Tengah untuk menutup sementara sekolah-sekolah (belajar di rumah) sampai 14 hari ke depan yang dimulai tanggal 16 Maret lalu.
Tidak hanya itu, selang beberapa hari, untuk meminimalisir korban, Pemerintah melalui kemenPAN-RB mengeluarkan regulasi bahwa PNS bisa melakukan work from home (kerja dari rumah). Dari kejadian itu, paling tidak dapat diambil hikmah sebagai berikut.
  1. Masa kerja dari rumah, menjadi arena berkumpul bersama keluarga.
  2. Orangtua dapat terlibat langsung pembelajaran online bersama putra-putrinya.
  3. Bagi guru, dapat memanfaatkan pembelajaran online yang mungkin sejauh ini belum dipraktekan.
Itulah sedikit hikmah yang dapat diambil dari kejadian covid 19, pembaca dapat menambah yang lainnya.


Selasa, 25 Februari 2020

ADA APA DI AKM?

Assesment Kompetensi Minimal (AKM) menjadi istilah baru dan sedang hangat dibicarakan, baik dalam lingkungan sekolah maupun institusi yang berhubungan dengan pendidikan. AKM, demikian biasa disebut, merupakan penilaian pengganti ujian nasional (UN) yang sedianya akan dilaksanakan mulai tahun ajaran mendatang atau tahun ajaran 2020/2021.
Sebagai istilah baru, AKM menjadi buah bibir yang tak tuntas-tuntas diobrol. Apa dan bagaimana AKM itu dilaksanakan? bagaimana juga bentuk soal yang diberikan?

Sesuai rencana, Rabu (26/02/2020), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta, akan melangsungkan simulasi asesement, yang menurut informasi, soalnya memiliki kemampuan bernalar tinggi.

Saya, sebagai bagian keluarga besar MAN 4, juga dijadwalkan akan mengikuti AKM pada hari yang sudah ditentukan. Saya sendiri belum tahu bentuk dan jenis soal yang akan dimunculkan. Dari berbagai sumber, soal berbentuk uraian, pilihan ganda, soal pilihan, dan survey karakter. 



Soal AKM berbeda-beda setiap guru, soal diacak dan tidak tahu seorang guru dapat soal yang mana. Sebagai gambaran, berikut saya tulis dalam blog ini.

Hari rabu, yang ditunggu, datang juga. Masuk laboratorium komputer pukul 07.30 WIB, sudah penuh teman-teman yang siap mengerjakan soal AKM. Hmm..lanjut saya login dan masuk aplikasi besutan PUSPENDIK itu. Ternyata, untuk soal AKM level satu jumlahnya 10 soal yang harus diselesaikan selama 15 menit, kemudian bagian berikutnya juga sama 10 soal dalam waktu 30 menit. Secara umum, bentuk soal AKM menyangkut masalah kasus yang kita harus menyelesaikan apabila berada dalam pemeran di kasus itu.

Bagian pertama, ada soal-soal pilihan ada juga soal kecocokan/keseuaian naskah soal dengan beberapa kesimpulan.

Pada bagian pertama, terdapat berita dan informasi tentang sampah plastik. Layaknya berita, naskah tersebut disusun seperti media masa, hanya saja beberapa paragraf. Pertanyaan kemudian muncul tentang pilihan yang sesuai dengan naskah. Selain itu, kita juga diminta untuk mengambil intisari yang sama dari beberapa naskah yang disajikan.

Soal uraian. Di soal ini disajikan sebuah data tentang jumlah langkah perhari dan usia harapan hidup di beberapa negara. Di situ ada keterangan bahwa menurut dokter semakin banyak langkah perhari, maka jumlah usia harapan hidup semakin tinggi. Kemudian ditanyakan apakah ada ketidaksesuaian data yang disajikan dengan pernyataan dokter tersebut dan alasannya kenapa. Ketikan huruf/karakter jawaban dibatasi jumlahnya. Jadi kita betul-betul harus bisa menjawab dengan kalimat yang seefektif, mungkin.

Untuk soal numeris, saya hanya menemukan kurang lebih 3 - 4 soal. Dalam soal tersebut, ada penjual martabak yang menyediakan 2 jenis martabak, tebal dan tipis. Masing-masing martabak memiliki empat rasa yang berbeda/isi yang berbeda. Selain itu, martabak juga dilapisi dua keju yang berbeda. Kita diminta menentukan berapa komposisi martabak yang dijual apabila ada yang membeli, juga pertanyaan terkait martabak jika begini, jika begitu.

Soal uraian. Di soal ini kita diminta memberikan alasan bagaimana caranya membuat teknologi nirkabel yang masih mahal diakses oleh publik, bisa lebih terjangkau daya belinya di masa depan. Ketikan huruf/karakter jawaban dibatasi jumlahnya. Jadi kita betul-betul harus bisa menjawab dengan kalimat yang seefektif, mungkin.

Soal pihan sesuai atau tidak sesuai. Di soal ini disajikan naskah bacaan yang cukup panjang, bahkan kita harus menyekrolnya agar bisa membaca keseluruhan. Temanya tentang Indonesia darurat sampah plastik. Kemudian ada dua atau tiga pernyataan terkait naskah tersebut, dan kita dimintai pendapat dengan cara memilih jawaban ‘sesuai’ atau ‘tidak sesuai’. Tentu saja kalau tidak memhami bacaan kita tidak akan bisa memilih dengan tepat.

Soal Pilihan Ganda. Di soal ini disajikan gambar poster bertema bebas kantong sampah plastik lengkap dengan data angka dan persentase. Kemudian kita dimintai pendapat apakah dengan membeli kantong plastik di pusat perbelajaan akan berdampak terhadap berkurangnya sampah plastik. Kita diminta memilih salah satu dari lima alternatif jawaban.

Soal pilihan. Di soal ini disajikan sebuah diagram. Di situ ada titik-titik yang letaknya acak bertuliskan nama-nama Negara. Kemudian kita disuruh menentukan letak sebuah Negara dibandingkan dengan Negara lain. Apakah terletak di atas, di bawah, samping kiri atau kanan, atau yang paling ujung kanan atau kiri. Di sini juga dibutuhkan ketelitian, titik-titik itu letaknya terlalu dekat dan berdempetan. Cukup membingungkan, dan harus membelalakkan mata agar lebih jelas.

Soal pilihan opini atau fakta. Di soal ini disajikan sebuah gambar tentang prilaku belanja seseorang. Kemudian ada lima pernyataan terkait dengan gambar. Di setiap pernyataan kita diminta memilih apakah pernyataan itu ‘opini’ atau ‘fakta’.

Soal AKM berbeda-beda setiap guru, soal diacak dan tidak tahu seorang guru dapat soal yang mana. Sebagai gambaran, berikut saya tulis dalam blog ini.

Hari rabu, yang ditunggu, datang juga. Masuk laboratorium komputer pukul 07.30 WIB, sudah penuh teman-teman yang siap mengerjakan soal AKM. Hmm..lanjut saya login dan masuk aplikasi besutan PUSPENDIK itu. Ternyata, untuk soal AKM level satu jumlahnya 10 soal yang harus diselesaikan selama 15 menit, kemudian bagian berikutnya juga sama 10 soal dalam waktu 30 menit. Secara umum, bentuk soal AKM menyangkut masalah kasus yang kita harus menyelesaikan apabila berada dalam pemeran di kasus itu.

Bagian pertama, ada soal-soal pilihan ada juga soal kecocokan/keseuaian naskah soal dengan beberapa kesimpulan.

Pada bagian pertama, terdapat berita dan informasi tentang sampah plastik. Layaknya berita, naskah tersebut disusun seperti media masa, hanya saja beberapa paragraf. Pertanyaan kemudian muncul tentang pilihan yang sesuai dengan naskah. Selain itu, kita juga diminta untuk mengambil intisari yang sama dari beberapa naskah yang disajikan.

Soal uraian. Di soal ini disajikan sebuah data tentang jumlah langkah perhari dan usia harapan hidup di beberapa negara. Di situ ada keterangan bahwa menurut dokter semakin banyak langkah perhari, maka jumlah usia harapan hidup semakin tinggi. Kemudian ditanyakan apakah ada ketidaksesuaian data yang disajikan dengan pernyataan dokter tersebut dan alasannya kenapa. Ketikan huruf/karakter jawaban dibatasi jumlahnya. Jadi kita betul-betul harus bisa menjawab dengan kalimat yang seefektif, mungkin.

Untuk soal numeris, saya hanya menemukan kurang lebih 3 - 4 soal. Dalam soal tersebut, ada penjual martabak yang menyediakan 2 jenis martabak, tebal dan tipis. Masing-masing martabak memiliki empat rasa yang berbeda/isi yang berbeda. Selain itu, martabak juga dilapisi dua keju yang berbeda. Kita diminta menentukan berapa komposisi martabak yang dijual apabila ada yang membeli, juga pertanyaan terkait martabak jika begini, jika begitu.

Soal uraian. Di soal ini kita diminta memberikan alasan bagaimana caranya membuat teknologi nirkabel yang masih mahal diakses oleh publik, bisa lebih terjangkau daya belinya di masa depan. Ketikan huruf/karakter jawaban dibatasi jumlahnya. Jadi kita betul-betul harus bisa menjawab dengan kalimat yang seefektif, mungkin.

Soal pihan sesuai atau tidak sesuai. Di soal ini disajikan naskah bacaan yang cukup panjang, bahkan kita harus menyekrolnya agar bisa membaca keseluruhan. Temanya tentang Indonesia darurat sampah plastik. Kemudian ada dua atau tiga pernyataan terkait naskah tersebut, dan kita dimintai pendapat dengan cara memilih jawaban ‘sesuai’ atau ‘tidak sesuai’. Tentu saja kalau tidak memhami bacaan kita tidak akan bisa memilih dengan tepat.

Soal Pilihan Ganda. Di soal ini disajikan gambar poster bertema bebas kantong sampah plastik lengkap dengan data angka dan persentase. Kemudian kita dimintai pendapat apakah dengan membeli kantong plastik di pusat perbelajaan akan berdampak terhadap berkurangnya sampah plastik. Kita diminta memilih salah satu dari lima alternatif jawaban.

Soal pilihan. Di soal ini disajikan sebuah data dan beberapa alternatif jawaban yang berbentuk grafik/diagram sumbu x,y. Kita di suruh memilih gambar grafik mana yang benar sesuai dengan data yang disajikan. Kita boleh memilih jawaban lebih dari satu. Kita harus teliti, sumbu tegak untuk data apa, dan sumbu mendatar untuk data apa. Kalau tidak, kita akan salah memilih.

Soal pilihan. Di soal ini disajikan sebuah diagram. Di situ ada titik-titik yang letaknya acak bertuliskan nama-nama Negara. Kemudian kita disuruh menentukan letak sebuah Negara dibandingkan dengan Negara lain. Apakah terletak di atas, di bawah, samping kiri atau kanan, atau yang paling ujung kanan atau kiri. Di sini juga dibutuhkan ketelitian, titik-titik itu letaknya terlalu dekat dan berdempetan. Cukup membingungkan, dan harus membelalakkan mata agar lebih jelas.

Soal pilihan opini atau fakta. Di soal ini disajikan sebuah gambar tentang prilaku belanja seseorang. Kemudian ada lima pernyataan terkait dengan gambar. Di setiap pernyataan kita diminta memilih apakah pernyataan itu ‘opini’ atau ‘fakta’.

Sesi berikutnya adalah survey karakter dengan durasi waktu 30 menit. Kebetulan soal yang saya kerjakan sebanyak 13 soal. Bentuk soalnya pilihan ganda. Di soal diberikan stimulus, kemudian kita disuruh berpendapat dengan cara memilih salah satu dari lima alternatif jawaban. Alhamdulillah redaksi soal dan alternatif jawabannya yang tersedia tidak terlalu panjang. Adapun soal-soal yang saya ingat adalah:

Si A adalah ketua OSIS akan mengadakan pertunjukan pentas seni dengan menyajikan budaya nasional. Tapi ada temannya yang menginginkan yang dipentaskan bernuansa Korea. Apa yang harus dilakukan A agar pentas tersebut tetap berjalan?

Ada juga, si A sudah menabung untuk membeli HP tetapi teman sebangkunya tidak memiliki buku karena kena musibah. Kita diminta memberi solusi pada kasus tersebut.

Si A adalah siswa SMP. Karena ada sesuatu hal ia agak kesiangan ketika hendak berangkat sekolah, tapi A tidak ingin terlambat. Kebetulan di rumah ada sepeda motor milik Ibu. Apa yang harus dilakukan oleh si A?

Jadi, tidak ada apa-apa di AKM, biasa saja, soalnya hanya kasus, mungkin agak subjektif juga ya. Apapun, sila simpulkan sendiri...😍


referensi : gurusiana.id